Laporan Miniriset Konseling Traumatik
UPAYA PEMULIHAN TRAUMA AKIBAT BULLYING DI SEKOLAH
Dosen Pengampu : Adif Jawadi Saputra M.Pd.,Kons.
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Konseling Traumatik”
Disusun Oleh :
Haderani Luthfiah
Nim. 0102181003
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja adalah masa yang paling mendapatkan perhatian yang tinggi direntang kehidupan manusia, hal ini disebabkan karena banyak permasalahan yang terjadi dalam masa remaja. Permasalahan remaja pada dasarnya merupakan masalah yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan remaja itu sendiri, yaitu berkaitan dengan masalah pertumbuhan fisik, biologis serta perkembangan psikis remaja yang sedang mengalami banyak perubahan atau masa transisi, selanjutnya sumber masalah yang terjadi dapat berasal dari lingkungan keluarga, lingkungan sosial dan sekolah. Manusia sebagai individu mulai mengenal lingkungan yang lebih luas daripada keluarga, sosialisasi yang dialami individu juga mulai bertambah luas sesudah keluarga, sekolah adalah tempat yang mampu memberikan pengalaman paling signifikan dan berpotensi merubah kehidupan remaja kearah yang lebih baik (Hidayati, 2010).
Perilaku bullying adalah tindakan bermusuhan yang dilakukan secara sadar dan disengaja yang bertujuan untuk menyakiti, seperti menakuti melalui ancaman agresi dan menimbulkan teror termasuk juga tindakan yang direncakan maupun yang spontan,
maraknya peristiwa bullying dijaman sekarang hamper dianggap biasa saja oleh sebagian orang, bersifat nyata atau hampir tidak terlihat, dihadapan seseorang atau di belakang seseorang, mudah untuk diidentifikasi atau terselubung dibalik persahabatan, dilakukan oleh seorang anak atau kelompok anak. Dapat dilakukan secara verbal maupun non verbal dan sangat berdampak tidak baik bagi mental anak yang menjadi korban bullying tersebut. Maka dari itu korban bullying dapat mengalami trauma yang mendalam, dalam hal ini korban perlu penanganan khusus melalui konseling traumatic untuk pemulihannya agar bisa lebih baik.
Identifikasi Masalah
Jadi dari latar belakang diatas dapat dapat disimpulkan identifikasi masalahnya yaitu sebagai berikut :
1. Maraknya peristiwa bulying dijaman sekarang dianggap biasa saja oleh sebagian orang
2. Korban bullying selalu dianggap lemah
3. Korban bullying dapat mengalami trauma yang mendalam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemulihan trauma pada korban kasus bullying di sekolah?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana pemulihan bagi korban kasus bullying di sekolah
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a) Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan baru pada bidang Ilmu Bimbingan dan Penyuluhan Islam
b) Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya pada kajian yang sama tetapi pada ruang lingkup yang lebih luas dan mendalam dibidang Bimbingan dan Penyuluhan
2. Manfaat Prakatis
a) Bagi peneliti, dapat menambah pengalaman dan mengetahui kekerasan seksual yang terjadi dikalangan perempuan tetapi tidak mendapatkan keadilan.
b) Bagi masyarakat, dapat dijadikan acuan atau pedoman untuk memberikan dukungan dan perhatian pada perempuan yang mengalami kekerasan seksual yang tidak mendapatkan keadilan
c)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Trauma
Trauma adalah tekanan emosional dan psikologis padaumumnya karena kejadian yang tidak menyenangkan atau pengalaman yang berkaitan dengan kekerasan.Kata trauma juga bisa digunakan untuk mengacu pada kejadian yang menyebabkan stres berlebih. Suatu kejadian dapat disebut traumatisbila kejadian tersebutmenimbulkan stres yang ekstrem dan melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya (Giller.1999).
Orang bisa dikatakan mempunyai Trauma adalah mereka harus mengalami suatu stres emosional yang besar dan berlebih sehingga orang tersebut tidak bisa mengendalikan perasaan itu sendiri yang menyebabkan munculnya trauma pada hampir setiap orang (Kaplan dan sadock,1997).
2. Pengertian Bullying
Bullying adalah tindakan bermusuhan yang dilakukan secara sadar dan disengaja yang bertujuan untuk menyakiti, seperti menakuti melalui ancaman agresi dan menimbulkan teror termasuk juga tindakan yang direncakan maupun yang spontan, bersifat nyata atau hampir tidak terlihat, dihadapan seseorang atau di belakang seseorang, mudah untuk diidentifikasi atau terselubung dibalik persahabatan, dilakukan oleh seorang anak atau kelompok anak (Caloroso, 2007).
Pelaku bullying memiliki karakteristik dengan regulasi emosi yang rendah cenderung bertindak tidak sesuai dengan norma yang berlaku, misalnya menjadi pelaku bullying antar teman, pesimis, tidak percaya diri, mudah menyalahkan orang lain, mengungkapkan emosinya delam bentuk negatif, berkelahi dengan teman, dendam, pasrah mudah marah dan dendam. Sebaliknya seseorang yang memiliki regulasi emosi yang tinggi akan berperilaku positif dan berkembang dengan baik dalam perjalanan hidupnya (Farichah, Habsy, & Suroso, 2019).
Jadi dapat disimpulkan bahwa tindakan bullying adalah situasi dimana pelaku melakukan tindakan dalam bentu hinaan, ejekan, memukul menendang dan perilaku lainnya terhadap korban yang dianggap lebih lemah. Dengan tujuan pengakuan diri dan menghancurkan korban.
3. Jenis-Jenis Bullying
a. Bullying secara verbal, berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan (baik yang bersifat pribadi maupun rasial), pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual, teror, surat-surat yang mengintimidasi, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji dan keliru, gosip dan lain sebagainya. Dari ketiga jenis bullying, bullyingdalam bentuk verbal adalah salah satu jenis yang paling mudah dilakukan, kerap menjadi awal dari perilaku bullying yang lainnya serta dapat menjadi langkah pertama menuju pada kekerasan yang lebih jauh.
b. Bullying secara fisik, yang termasuk jenis ini ialah memukuli, mencekik, menyikut, meninju, menendang, menggigit, emiting, mencakar, serta meludahi anak yang ditindas hingga ke posisi yang menyakitkan, merusak serta menghancurkan barang-barang milik anak yang tertindas. Kendati bullying jenis ini adalah yang paling tampak dan mudah untuk diidentifikasi, namun kejadian bullying secara fisik tidak sebanyak bullying dalam bentuk lain. Anak yang secara teratur melakukan bullying dalam bentuk ini kerap merupakan anak yang paling bermasalah dan cenderung beralih pada tindakan-tindakan kriminal yang lebih lanjut.
c. Bullying secara relasional (pengabaian), digunakan untuk mengasingkan atau menolak seorang teman atau bahkan untuk merusak hubungan persahabatan. Bullying secara relasional adalah pelemahan harga diri si korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan, pengecualian atau penghindaran. Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap yang tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan nafas, bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh yang kasar. Bullying secara relasional mencapai puncak kekuatannya di awal masa remaja, saat terjadi perubahan-perubahan fisik, mental, emosional dan seksual. Ini adalah saat ketika remaja mencoba untuk mengetahui diri mereka dan menyesuaikan diri dengan teman-teman sebaya.
d. Bullying elektronik, merupakan bentuk dari perilaku bullying yang dilakukan pelakunya melalui sarana elektronik seperti komputer, handphone, internet, website, chatting room, e-mail, SMS dan sebagainya. Biasanya ditujukan untuk meneror korban dengan menggunakan tulisan, animasi, gambar dan rekaman video atau film yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan. Bullying jenis ini biasanya dilakukan oleh kelompok remaja yang telah memiliki pemahaman cukup baik terhadap sarana teknologi informasi dan media elektronik lainnya.
4. Dampak TindakanBullying
Perilaku bully di atas bisa menimbulkan berbagai efek negatif bagi korban, antara lain:
- Gangguan mental, mulai dari sensitif, rasa marah yang meluap-luap, depresi, rendah diri, cemas, kualitas tidur menurun, keinginan menyakiti diri sendiri, hingga bunuh diri.
- Menggunakan obat-obatan terlarang.
- Tidak semangat berangkat ke sekolah.
- Prestasi belajar menurun.
- Menarik diri dari lingkungan sosial sehingga tidak bisa berinteraksi dengan orang lain.
- Menjadi perundung juga (bully-victim) atau melakukan balas dendam.
Korban bullying pun kerap merasa tidak aman, terutama saat berada di lingkungan yang memungkinkan terjadinya perundungan. Dampak di atas kemungkinan besar akan terbawa hingga mereka dewasa.
Dalam dunia pendidikan, khususnya dalam lingkungan sekolah, istilah bullying merujuk pada perilaku agresif yang dilakukan secara berulang-ulang oleh seseorang atau sekelompok orang yang memiliki kekuasaan terhadap siswa lainnya yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti korban (Susanti, 2020).
B. Kerangka Berfikir
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif menurut Sugiyono adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2013),
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 8 Januari 2022. Adapun lokasi penelitian dilaksanakan di rumah subjek yang berada di Desa Sekoci Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat.
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas 2 SMP atas nama Nurazizah
D. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian untuk mengumpulkan data. Proses pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan selama proses dilapangan dan sampai selesai.
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku obyek sasaran.Data yang diperoleh lebih dapat dipercaya karena dilakukan atas pengamatan sendiri dengan berkomunikasi dan berintetaksi.Sehingga peneliti mengadakan observasi langsung di lapangan untuk mengetahui kondisi yang terjadi di masyarakat.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapandengan maksud tertentu.percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Disini penelitilah yang berperan aktif untuk bertanya tentang apa yang sedang diteliti.
3. Dokumenasi
Dokumentasi merupakan metode yang dilakukan untuk meningkatkan ketepatan pengamatan. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan sebagainnya.Tetapi dalam penelitian ini subjek tidak ingin divideo ataupun difoto.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan dengan salah satu korban bullying di sekolah yang berinisial N, dapat beberapa hasil antara lain :
Adapun penyebabnya yaitu :
1. Karena korban terlalu pendiam
2. Korban merupakan anak broken home
3. Teman-teman sebaya N sering mengejek, menghina bahkan pernah menjegal kakinya
4. Anak berinisial N pernah diejek sambil dilempari kertas oleh temannya
Selanjutnya trauma yang muncul pada N mengakibatkan N malas masuk sekolah, menjadi pemuruh dan selalu keliatan sedih, ia tidak percaya diri dengan kemampuannya yang sebenarnya bisa, ia merasa sedih dan malu karena selalu di bully oleh teman-temannya.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa Dalam dunia pendidikan, khususnya dalam lingkungan sekolah, istilah bullying merujuk pada perilaku agresif yang dilakukan secara berulang-ulang oleh seseorang atau sekelompok orang yang memiliki kekuasaan terhadap siswa lainnya yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti korban. Anak yang terkena bullying sudah pasti memiliki trauma secara psikologis, upaya pemulihan trauma pada anak akibat kasus bulying bisa melalui konseling traumatik. Kemudian tanamkan dalam diri anak rasa peraya diri tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku bullying adalah tindakan bermusuhan yang dilakukan secara sadar dan disengaja yang bertujuan untuk menyakiti, seperti menakuti melalui ancaman agresi dan menimbulkan teror termasuk juga tindakan yang direncakan maupun yang spontan, Dapat dilakukan secara verbal maupun non verbal dan sangat berdampak tidak baik bagi mental anak yang menjadi korban bullying tersebut. Maka dari itu korban bullying dapat mengalami trauma yang mendalam, dalam hal ini korban perlu penanganan khusus melalui konseling traumatic untuk pemulihannya agar bisa lebih baik.
B. Saran
Demikianlah hasil laporan dari penelitian ini, disini peneliti sangat menyadari banyak kekurangan dikarenakan juga masih dalam proses belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahmat. 2006. Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta : Rineka Cipta.
Halodoc, Ini Trauma yang Dialami Korban Kekerasan Seksual, https://www.halodoc.com/artikel/ini-trauma-yang-dialami-korban-kekerasan-seksual diakses pada 07 Januari 2022 23.02
Farichah, I. N., Habsy, B. A., & Suroso, D. H. (2019). Rasional Emotif Pelaku dalam Membantu Mengatasi Regulasi Emosi Siswa SMP, Efektifkah? Jurnal Pendidikan, 26.
Kartono,Kartini dan Jenny Andari. 1989.Hygiene Mental dan Kesatan Mental dalam Islam. Bandung : Mandar Maju.
Mendatu, Achmanto. 2010. Pemulihan Trauma. Yogyakarta : Panduan.
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet-XXIX.Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R & D. Bandung: Alpabeta.
Susanti, F. (2020). Upaya Mengatasi Perilaku iBullying IMelalui Bimbingan Kelompok Dengan Metode Role-playing Pada Peserta Didik Kelas XI SMA. Jurnal Cipta Media Harmoni, 35.
Komentar
Posting Komentar